My mine

Home (2) My Laporan (4) My Note (1)

Kamis, 28 November 2013

Panas Netralisasi

niiiiiiiiih. .berhubuung bnyaak tman2 sy yg nyari2 laporan PANAS NETRALISASI. .
jdi sy postingg deeeh.laporaan sy. .
mudah-mudahan manfaat yaaah :D



PERCOBAAN IV
PANAS NETRALISASI

I.Tujuan
            Adapun tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tetapan kalorimetri.
2.      Menentukan entalpi netralisasi antara KOH + HCl dan KOH + CH3COOH.

II.Dasar Teori
            Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena calorimeter mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana adalah calorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari sistem (Atkins, 1999).  
            Salah satu aplikasi hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah termokimia , yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik atau reaksi kimia. Untuk menyatakan biasanya dengan kata-kata kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya kalor pelarutan , yaitu kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya (biasanya yang dibahas berupa pelarut cair), kalor pembakaran suatu zat , dan sebagainya (Atkins, 1999).
            Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur secara eksperimen.Dikenal beberapa macam kalor reaksi bergantung pada tipe reaksinya. Diantaranya adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor penguraian, dan kalor pembakaran. Pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan energi dalam, sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi.eksperimen dilaboratorium lebih banyak dilakukan pada tekanan tetap, sehingga kalor yang dihasilkannya merupakan perubahan entalpi. Pada tekanan tetap hukum pertama untuk suatu transformasi calorimeter :
            H=Q       P=O
Perubahan panas dalam keadaan ini dapat dinyatakan :
K(T1) + R(T1)               K(T2) + R(T2),      P= konstan
                Dimana :
                K = Kalorimeter
                R = Reaktan
                P = Produk (hasil reaksi)
Karena sistem terisolasi , temperature akhir T2 berbeda dengan temperatur T1. Kedua temperatur diukur seteliti mungkin dengan thermometer yang peka. Perubahan kenyataan di nyatakan dalam dalam dua step, yaitu :
      1.      R(T1 )  P(T1)  H1
      2.      K (T1) + R(T1)  K(T2)  + R(T2)  H2
H = 0, maka H1 + H2 = 0   H1 = H2
Langkah  kedua adalah sederhana suatu perubah temperatur dari kalorimeter dan hasil reaksi :
H2 = [Cp(K) + Cp(P) dT
Dan kita peroleh pada T1
H1 = -[Cp(K) +Cp(P) dT
Jika kapasitas panas kalorimeter dan hasil reaksi di ketahui, panas reaksi T1 dapat dihitung dari pengukuran temperatur T1 dan T2.
Dalam larutan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat terionisasi sempurna menjadi ion-ionya. Begitu juga garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionya dalam larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi. Netralisasi yang dapat ditulis sebagai berikut :
            H- + OH-    à   H2O
Panas yang terjadi tidak tergantung sifat dari anion asamnya dan kation basanya. Jika asam atau basanya tidak terionisasi sempurna, sebagai contoh : asam asetat terionisasi sebagian dalam larutan dan ternetralisasi oleh natrium hidroksida yang reaksinya sebagai berikut :
CH3COOH + OH    à   CH3COO-  + H2O
Mekanismenya berlangsung dua tingkat reaksi yaitu :
CH3COOH   à   CH3OO-  + H-
H-  +  OH-     à   H2O
Panas netralisasi pada reaksi ini merupakan panas penggabungan ion H- dan ion OH- melepaskan energi yang harus digunakan pada disosiasi molekul asam asetat yang tidak terionisasi dapat di tentukan dengan kalorimeter (Bird, 1993).
             Termokimia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan enrgi (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) Kalor Pembentukan (2) Kalor Pembakaran (3) Kalor Pelarutan (4) dan Kalor Netralisai (Petrucci, 1987).
 Perubahan enrgi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang selama reaksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Adanya kekekalan energy ini ditunjukan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energy, yang disebut sebagai energy internal. Sebagai gambaran, jika pada suatu system enrgai diberikan sejmlah energy dalam bentuk kalor (q), maka system akan melakukan kerja (W) sebesar W= p x DV. setelah melakukan kerja system masih menyimpan sejumlah energi yang disebut sebagai energy internal (U) (Oxtobi, 1998).

III.Alat dan Bahan
                Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
-          Alat
1.      Termometer
2.      Gelas kimia 100 ml dan 150 ml
3.      Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
4.      Kalorimeter
5.      Pipet tetes
6.      Botol semprot
-          Bahan
1.      Larutan HCl 2 M
2.      Larutan NaOH 2 M
3.      Larutan KOH 2 M
4.      Larutan CH3COOH 2 M
5.      Aquades
6.      Tissue

IV.Prosedur  Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Memasukkan 10 ml larutan HCl kedalam gelas ukur , kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia.
3.      Mengukur suhunya sebagai T1.
4.      Memasukkan 10 ml larutan NaOH kedalam gelas ukur, kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia
5.      Mengukur suhunya sebagai T2.
6.      Larutan HCl dan NaOH secara bersamaan dimasukkan kedalam kalorimeter, kemudian mengocok dan mengukur suhunya sebagai suhu akhir.
7.      Mengulangi langkah 2-6 dan mengganti bahan yang digunakan dengan larutan KOH dengan HCl.
8.      Mengulangi langkah 2-6 dan mengganti bahan yang digunakan dengan larutan CH3COOH dan KOH.
9.      Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel hasil pengamatan.



V.Hasil Pengamatan

NO
Larutan Asam
Larutan Basa
Percobaan
Suhu rataan (℃)
Suhu akhir (℃)
∆T (℃)
T1(℃)
T2(℃)
1
HCl
NaOH
33
33
33
43
10
2
HCl
KOH
33
33
33
38
5
3
CH3COOH
KOH
32
33
32,5
37
4,5


VII. Pembahasan
           Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Termokimia membahas tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan enrgi (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) Kalor Pembentukan (2) Kalor Pembakaran (3) Kalor Pelarutan (4) dan Kalor Netralisai (Petrucci, 1987).
            Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan tetapan kalorimeter dan menentukan entalpi netralisasi antara KOH + HCl dan KOH + CH3COOH ( Tim Penyusun Kimia Fisik 1, 2013 ).
            Pada percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan, yakni perlakuan yang pertama yaitu mengukur suhu untuk larutan HCl dan NaOH, pada perlakuan yang kedua yaitu mengukur suhu untuk larutan KOH dan HCl dan pada perlakuan yang ketiga yaitu mengukur suhu untuk larutan CH3COOH dan KOH ( Tim Penyusun Kimia Fisik 1, 2013 ).
            Pada perlakuan yang pertama yaitu memasukkan larutan HCl sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 . Setelah itu, memasukkan larutan NaOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2­, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 33℃.  Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 43℃. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut mengalami kenaikan suhu. Hal ini disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi.
Sistem terisolasi adalah suatu Sistem di mana tidak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungannya. Sehingga tidak ada kalor yang diserap ataupun yang dilepaskan pada saat reaksi berlangsung yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Adapun tetapan total yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 26 J/K, tetapan larutan yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 0,0836 J/K dan tetapan kalorimeter yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 25,92 J/K (Bird, 1993).
            Pada perlakuan yang kedua yaitu memasukkan larutan HCl sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 . Setelah itu, memasukkan larutan KOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2­, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 33℃.  Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 38℃.  Dimana dalam hal ini terjadi kenaikan suhu sebesar  5℃. Hal ini juga menunjukkan bahwa larutan tersebut  mengalami kenaikan suhu. Hal ini juga disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi. Kenaikan suhu tersebut terjadi karena disebabkan oleh terbentuknya panas netralisasi basa oleh asam kuat  akibat dari adanya pencampuran dari asam kuat dan basa lemah. Adapun nilai penetralisasian yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 27,28 Kj/mol. Sedangkan nilai penetralisasian berdasarkan literatur yaitu -55,90 Kj/mol. Hasil yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa, seharusnya nilai penetralisasian yang diperoleh harus lebih kecil. Kesalahan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer dan keterlambatan dalam pengukuran suhu. Sehingga dapat dikatakan apabila asam kuat direaksikan dengan basa lemah maka yang terjadi bukan hanya reaksi penetralan tetapi juga reaksi ionisasi yang bersifat endotermik yaitu suatu proses atau reaksi yang menyerap panas (Bird, 1993).

           Pada perlakuan yang ketiga yaitu memasukkan larutan CH3COOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur dan memasukkan larutan tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian mengukur suhunya sebagai T1 atau suhu mula-mula, dan suhu yang diperoleh yaitu 32 . Setelah itu, memasukkan larutan KOH sebanyak 10 ml kedalam gelas ukur kemudian karutan tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia dan mengukur suhunya sebagai T2­, dan suhu yang diperoleh yaitu 33 , sehingga suhu rataannya adalah 32,5℃.  Setelah itu, memasukkan kedua larutan tersebut secara bersamaan kedalam kalorimeter dan mengocoknya kemudian mengukur suhu kedua larutan tersebut sebagai suhu akhir. Adapun suhu yang diperoleh dari kedua larutan tersebut yaitu 37℃.  Dimana dalam hal ini terjadi kenaikan suhu sebesar  4,5℃. Hal ini juga menunjukkan bahwa larutan tersebut  mengalami kenaikan suhu. Hal ini juga disebabkan karena pada saat larutan berada dalam kalorimeter tidak terjadi interaksi antara sistem dan lingkungan atau biasa disebut sebagai sistem terisolasi. Kenaikan suhu yang terjadi disebabkan oleh terbentuknya panas netralisasi akibat dari pencampuran asam lemah dan basa lemah. Adapun nilai penetralisasian yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu 24,55 Kj/mol. Sedangkan nilai penetralisasian berdasarkan literatur yaitu -55,90 Kj/mol. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa seharusnya nilai penetralisasian yang diperoleh harus lebih kecil dari tetapan netralisasi dari asam kuat dan basa kuat. . Kesalahan ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer dan keterlambatan dalam pengukuran suhu yang mengakibatkan tidak terjadinya penetralan yang sempurna pada perlakuan ini (Bird, 1993).


VIII. Kesimpulan
              Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu:
1.      Tetapan kalorimeter yang diperoleh dari HCl dan NaOH yaitu
 25,92 J/K.
2.      Nilai entalpi netralisasi dari HCl dan KOH yaitu 27,28 Kj/mol dan nilai entalpi netralisasi dari CH3COOH dan KOH yaitu 24,55 Kj/mol.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, (1999). Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.       
Bird,  (1993). Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta. 
Oxtobi, D.W. (1998). Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Petrucci. (1987). Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 2 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Tim Penyusun Kimia Fisik I. (2013). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Universitas Tadulako. Palu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar